Monday, June 9, 2014

Serenade Seuntai Tasbih Tua

tek tek tek... tak ada yang istimewa dari untaian irama itu saat mendengarnya. Sunyi, hanya bisikan lirih dari sebuah bibir yang terkadang lelah meminta, dan lirih suara tek tek tek dari tasbih tua pemberian sang nenek 8 - 9 tahun silam. Hatinya terlihat kuat, namun kala deras air yang mengalir dari matanya tak pernah bisa dibendung, mungkin lebih tepat hati itu dikatakan rapuh.

Ah, ini bukan tentang seseorang yang tersakiti.  Pun bukan karena dia sedang berada ditengah musibah. Ini hanya tentang sebuah doa seorang istri yang teruntai dalam 6 -  7x shalatnya sehari. Yang ia ucapkan bersama irama serenade tasbihnya untuk "merayu"  Rabbnya agar mengabulkan pintanya. Seorang istri  yang terkadang merasa lelah untuk berharap. Terkadang lelah menghadapi apa yang ada didepannya, namun kemudian dengan serta merta membuyarkan semua sedihnya dengan fikirannya sendiri akan Rabbnya.




"Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percik-percik hikmah. Sepertinya halnya fisik, hati juga merasakan lelah" (Sayyidina ali bin abi Thalib) 

Dulu, pertama kali mendengar tanya dan komentar orang lain, dia tersenyum, kadang juga tertawa meski ada sedikit nyeri di ulu hatinya. Satu hal yang menguatkan dia bahkan mungkin saat dunia tak lagi menghiraukannya, adalah janji Rabbnya, yang akan memberikan jawaban dan harapan dari tiap doa hambanya dengan yag terbaik diwaktu yang tepat. Meski kadang teringat perih, meski pernah merasa sakit dalam penantian, tak pernah lelah bibir dan hati itu berdoa. 

Dalam sebuah hadits pernah dikatakan bahwa doa itu akan terjawab dengan 3 hal, doa itu dikabulkan sesuai permintaan hambaNya, doa itu akan diganti dengan yang lebih baik dari yang diminta hambaNya, dan doa itu akan menjadi tabungan akhirat untuknya kelak. 

Ketika membaca sebuah kisah, sempat dia berfikir itulah dirinya yang mungkin selama ini berdoa karena hanya meminta. Terkadang ia lupa dalam berdoa, bahwa ada yang lebih utama dari sekedar meminta, yaitu tulus ikhlas beribadah. Apakah doa itu kelak akan dikabulkan atau tidak, itu bukan masalah yag sebenarnya, namun apakah Rabbnya melihatnya sebagai hamba yang DIA cintai itu yang terkadang ia lupakan. 

Ya memang benar DIA berjaji akan mengabulkan setiap doa. Namun apakah semata-mata karena itu dia berdoa? 
Sejak berdoa dia menemukan kedamaian yang tidak ia dapat saat berputus asa. Dalam doanya dia temukan betapa kecil dirinya. Lalu mengapa masih mencari jawaban kapankah doanya dikabulkan, itulah fikirnya. 

Dia lupa konsep tawakkal adalah memasrahkan apapun yang akan terjadi kepadaNYA tanpa berhenti megusahakan ikhtiar dunia dan tanpa lelah mendobrak pintu langit dengan airmata doanya. Sayyidul istighfar memang diucapkan ditiap akhir doanya, tapi terkadang dia lupa meresapi bahwa dalam sayyidul istighfar itu disebutkan mengenai pengampunan dan nikmatNya, janjiNya dan perlindunganNya. 

Itulah dia, seorang wanita akhir zaman yang terkadang lelah berdoa, namun tak menemukan hal lain untuk menangkan hatinya selain berdoa. 

Allahumma anta robbi la ila ha illa anta. 
Khalaqtani wa ana 'abduka wa ana' ala 'abdika. 
Wa wa' dika mastato'tu. 
A'udzubika min syarri ma shana'tu. 
Abuulaka bi ni'matika 'alayya wa abuu bi dzambi. 
Faghfirli fainnahu la yaghdiru dzunuba illa anata

No comments:

Post a Comment