Saturday, September 20, 2014

Girl Power Manifesto

Assalamualaikum...
Annyeong...
Menyukai sesuatu, apapun itu, saya yakin ada satu atau beberapa hal sebagai alasannya. Seperti ketika saya menyukai sebuah band musik dengan vokalis wanita seperti Within Temptation, Evanescence, atau band lokal seperti Cokelat, Utopia atau Kotak pasti dengan alasan.  Mengapa saya menyukai mereka, alasannya cukup satu saja, vokalis wanita dalam aliran musik Gothic - alternatif - pop yang cukup didominasi kaum lelaki itu menunjukkan manifestasi, perwakilan, dan bentuk kekuatan wanita.

Apakah ini berbicara tentang emansipasi wanita? Saya rasa sepenuhnya tidak salah, tapi juga tidak seluruhnya benar. Karena girl power yang saya maksudkan berbeda dengan apa yang ditekankan kaum feminis barat.

Benar seorang wanita harus pintar, kuat, rajin, open mind, tidak kuin (kurang info), tidak kuper (kurang pergaulan), tidak kudet (kurang update), bijak,lincah, gigih, pantang menyerah tapi tetap kalem dan tidak meninggalkan sisi kewanitaannya.

Seorang wanita harus kuat tanpa dia harus bertingkah dan bergaya seperti lelaki. Tengoklah sohabiyah Nasibah, siapa yang tidak mengenal kegagahannya di medan pertempuran tanpa beliau melepas hijabnya dan tanpa bersikap seperti lelaki. Beliau kuat di dalam sikap lemah lembutnya.

Siapa yang tidak mengenal Fatimah putri Rasul SAW, secara fisik maupun jiwa beliaulah wanita terkuat. Putri Rasul namun mengerjakan segala pekerjaan kasar rumah tangganya sendiri hingga tangannya pun menjadi kasar. Wanita dengan ketabahan luar biasa akan hidupnya yang penuh cobaan dan kekurangan tanpa melalaikan mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang. Dalam kerajinannya mengurus rumah dan ketabahannya menghadapi hidup, beliau tidak melupakan bahwa wanita adalah makhluk penyayang.

Aisyah r.a istri termuda Rasulullah SAW yang terkenal sebagai ahlul bait yang cerdas. Statusnya sebagai wanita tidak menghalangi dirinya belajar, bahkan menjadi salah satu sumber valid bagi para perawi hadist. Beliau terkenal dengan wajahnya yang cantik merona yang pipinya kemerah-merahan hingga baginda nabi memanggilnya Humaira. Artinya bahwa wanita yang cerdaspun harus tetap memperhatikan sisi kecantikan di depan suaminya. Kecerdasan, rajinnya seorang wanita menambah ilmu dan wawasan bukanlah alasan untuk malas berbenah dan merawat diri. Jangan sampai lah kita sebagai muslimah dikatakan sebagai akhwat jorok. Pinter sih, tapi kalau rumah, kamar dan barang - barang pribadinya kotor, dekil, baju tidak disetrika, muka kucel, siapa pula yang mau berlama - lama diskusi dan ngobrol dengan kita? Big No lah!!

source : google.com
Istri Rasul ibunda Khadijah adalah sosok yang bijak. Beliau wanita kaya namun tetap santun dan menghormati Rasul sebagai suaminya. Tatkala suaminya dimusuhi kaum kafir Quraisy, beliau dengan sabar menemani, mendukung, dan membelanya tanpa keraguan. Ini menunjukkan bahwa sekaya apapun seorang wanita dia harus tetap patuh dan ada dibelakang suami yang menjadi imamnya. Harta tidak menjadikan alasan bahwa dia boleh menjadi kasar dan berani pada suaminya.

Dan kegigihan Siti Hajar, ibunda nabi Ismail a.s memberikan tauladan bahwa dalam kondisi apapun seorang wanita harus mampu bertahan dan pantang menyerah untuk keluarganya. Dengan kesulitan yang beliau alami tidak membuatnya meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perjuangannya mendapat air untuk Ismail kecil adalah bentuk nyata bahwa seorang wanita harus pantang menyerah.

Berbeda dengan yang dicetuskan feminis barat yang mengagungkan kebebasan kebablasan dan keberanian tanpa batas bagi wanita. Wanita memang harus  seperti yang saya sebutkan diatas, namun bukan berarti dia melupakan sisi kewanitaannya yang cantik, lembut, bersahaja, bijak, penyayang, sabar, pantang menyerah, dan cerdas. Kelebihan tersebut tidak membuatnya menjadi berani dan tidak patuh pada suami, karena pada dasarnya wanita harus mematuhi imamnya selama tidak untuk bermaksiat kepada Allah.

Boleh dikatakan wanita mempunyai 3 sektor yang harus dia bangun yaitu sektor langit sektor domestik dan sektor publik. Sektor langit adalah bagaimana dia berusaha untuk dekat dan taat pada perintah Tuhannya dan menjauhi larangannya. Sektor domestik adalah daerah dalam lingkup rumah tangga dimana dia harus menjadi makmum bagi suaminya, ibu guru dan pengasuh bagi anak-anaknya jika dia telah bersuami. Atau menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuanya jika dia belum menikah. Sedangkan sektor publik adalah bagaimana dia berperan diluar rumah. Ijin suami atau ayah sebagai imam dan mahramnya adalah hal utama dan pertama yang harus dia dapatkan. Baru kemudian bagaimana dia mampu menyelaraskan ketiga sektor itu tanpa mengurangi sisi kewanitaannya, tanpa melupakan kewajibannya, dan tetap sebagai wanita "perkasa"  dibalik kelembutannya.

So... Jadi wonder woman??
Siapa takut!!!  ;)



No comments:

Post a Comment