Thursday, November 20, 2014

Maaf, Saya Kontra

Assalamualaikum...
Annyeong...
Masih hangat bahkan masih ramai terjadi pro kontra penaikan harga BBM pada Selasa, 18 November 2014 kemarin dari Rp. 6.500, menjadi Rp. 8.500, per liter. Seperti biasa demo terjadi dimana-mana sebagai bentuk protes pada pemerintah, meski saya sendiri tidak setuju dengan beberapa kelompok massa yang bertindak anarkis hingga merugikan orang lain.

Pro dan kontra dalam setiap kebijakan politik pemerintah memang sudah biasa, saling adu argumen dan memaparkan alasan-alasan pun bukan hal baru. Saya pun menjadi satu dari bagian yang kontra dengan keputusan tersebut, namun bukan berarti saya membenci para pemimpin atau pemerintah kita, tidak! sama sekali tidak ada manfaatnya buat saya menjadi seperti itu, malah membuat penyakit hati, bukankah begitu?
Sama halnya dengan saya, mereka yang pro pun pasti punya alasan, terlepas itu dianggap logis atau tidak bagi yang kontra. Namun yang sangat saya sayangkan, bahkan miris saat membaca tulisan-tulisan di sosial media, baik itu status maupun meme yang di posting. Tidak adakah kata atau cara yang lebih baik menyampaikan pendapat atau membela argumennya? Haruskah dengan kata kasar atau mungkin menyinggung beberapa orang disana?

Yup, saya berbicara tentang analogi yang digunakan yaitu rokok, mobil, sepeda motor, bahkan purel (astaghfirullah, naudzubillah). Tahukah kawan berapa presentase perokok aktif di Indonesia? Berapa presentase pemilik mobil dan motor di Indonesia? Bahkan kalau mau bicara lebih jauh, berapa presentase anak sekolah yang mampu sampai bangku kuliah di Indonesia?

Data BPS menyebutkan pada tahun 2010 penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa dengan asumsi pertumbuhan yang dikemukakan Bank Dunia adalah 1,49% per tahun. Artinya jika kita menggunakan asumsi ini maka jumlah penduduk Indonesia pada 2014 ini adalah sekitar 251.804.749, seperempat milyar broooo....
Dengan data yang disebutkan dalam ringkasan eksekutif Riskesdas 2013 menyebutkan jumlah perokok aktif di Indonesia adalah 64,9% laki-laki dan 2,1% wanita. Kemudian dengan data BPS jumlah pemilik mobil pada 2012 adalah 10.432.259 jiwa dan sepeda motor 76.381.183. Dengan menggunakan angka pertumbuhan penduduk dari Bank Dunia maka kita akan menemukan bahwa hanya sekitar 4% penduduk Indonesia memiliki mobil dan sekitar 30% dari penduduk Indonesia yang memiliki motor. Jika sudah berbicara data seperti ini pantaskah kita berbicara kasar mengatakan "beli mobil, motor, purel bisa, bbm naik 2000 gak bisa?"

Belum lagi jika kita bicara masalah pendidikan, bapak M. Nuh mantan menteri pendidikan pada 9 Februari 2013 menyampaikan pada pengarahan guru-guru dan pranata pendidikan di Banjarmasin bahwa hanya 69 siswa dari 1.000.000 siswa SD yang mampu sampai ke bangku kuliah. Ini era digital dan masih ditemukan hal seperti itu.
Coba kawan-kawan hitung berapa banyak penduduk Indonesia yang melek tekhnologi, mengenal hp dan mengenal sosial media seperti kawan-kawan semua? Pernahkan membayangkan bahwa penjual tempe tua di pasar yang becek itu pulang pergi naik becak, tidak membawa hp dan hanya menggelar dagangannya diatas tikar lusuh. Para buruh tani yang hanya lulusan SD atau bahkan tidak sekolah, yang menjual separuh lahan sawahnya agar bisa membelikan anaknya sepeda motor untuk pergi bekerja atau membelikan gerobak agar anaknya bisa berjualan keliling? Dan coba bayangkan jika tidak ada sosial media yang menampung status atau meme kawan-kawan, haruskah kawan-kawan berbicara gamblang ditengah pasar mengatakan "naik 2 ribu aja kebanyakan cincong" . Bukankah itu akan menyakiti sebagian penjual atau pembeli yang tidak semuanya orang kaya. Ada yang kesana naik bis luar kota untuk berjualan ikan, naik ojek untuk belanja dapur, dan sebagainya.

Pro kontra adalah hal biasa, yang tidak biasa adalah ketika itu menjadi duri yang menyakiti orang lain karena cara yang salah dalam menyampaikan. Silahkan kawan-kawan pro karena itu hak kawan-kawan pribadi, namun akankah lebih bijak jika nurani dan empati tetap ada dihati agar tak sampai membully mereka yang tidak seberuntung kawan-kawan hidup didunia ini.

Masih banyak mereka yang bangun jam 2 pagi mengejar pasar belanja sayur untuk dijual keliling, atau berjalan kaki berjualan remot keliling diterik siang hari (tiap hari saya dengar lewat di perumahan), dan tolonglah beri sedikit ruang untuk empati dan menghormati mereka yang tak mampu berbagi di sosial media meski mereka tak setuju dengan pilihan kawan-kawan. Saya hanya berdoa semoga segera ditemukan solusi baik bagi semua secepatnya.
Salam Damai

No comments:

Post a Comment