Monday, December 15, 2014

Menolak Lalai

Assalamualaikum...
Annyeong...
Judulnya seperti jargon salah satu kubu politik yang terlontar untuk kubu lawannya. Yah hal itu memang sangat menginspirasi saya untuk memperbaiki apa yang telah saya bangun dan saya hancurkan sendiri. Sedikit curhat tapi semoga menginspirasi hehe. 

Memang benar apa yang dikatakan oleh salafus salih, istiqomah adalah hal terberat dalam beramal dan beribadah, meski itu hanya sebatas amalan ringan. Bahkan bagi saya istiqomah seperti sebuah kepercayaan, butuh tahunan untuk membangunnya, namun hanya sekerlip mata godaan nafsu hingga ia tumbang. Bahkan saat dia tumbang bukan hanya dia sendiri yang merasakan kelemahan, berderet-deret kebaikan lain sepertinya ikut tergerus. Mengosongkan hati dan membuat diri penjaga ruhnya lemah.

Ingin sedikit berbagi apa yang saya rasakan tentang semua hal ini. Beberapa bulan terakhir, dengan atau tanpa sengaja ketika saya mengedepankan nafsu saat pagi berdalih sibuk di dapur dan sore mementingkan tv dan internet, saat itulah pelan-pelan saya melalaikan dzikir pagi-petang, Al ma'tsurat yang telah saya bangun keistiqomahannya selama bertahun-tahun. Bukan hanya sebuah sugesti, namun sepertinya ibadah pun tak lagi sekhusyuk dulu, kehidupan serasa berantakan, bahkan mungkin kadang hati terlalu sensitif hingga sulit belajar sabar dan syukur untuk hal sepele.

Dibutuhkan keberanian dan tekad yang besar untuk menjadi pribadi yang penuh syukur dan sabar, dan salah satunya adalah dengan mengistiqomahkan amalan keseharian meski ringan, seperti sholat dhuha, dzikir pagi-petang, berdzikir dalam hati menyebut asma Allah setiap tarikan nafas dan gerak kita, sholat malam dan lain sebagainya.

Sedikit rapuh terasa dalam hati meski sebenarnya sedikit demi sedikit mulai bisa memaknai dan merasakan tawarnya hidup, sesuatu yang selama ini dicari setiap orang. Karena memang bahagia belum tentu kenikmatan, kesukaran belum tentu ujian.


Seperti yang disampaikan sahabat Umar bin Khattab "aku tidak peduli dengan keadaan senang maupun susahku, karena aku tak pernah tahu mana yang paling baik untukku". Dan ini sejalan dengan firman Allah surat Al Baqarah ayat 216 " boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui". Karena memang setiap hal adalah nikmat (kemudahan) sekaligus kesulitan, nikmat dari hal tersebut adalah ujian untuk syukur dan kesulitan adalah ujian untuk sabar, dan dua-duanya baik bagi seorang mukmin.

Lalu kemudian apakah dengan alasan menyeimbangkan dan menata hidup kita hingga kita harus istiqomah? Bukan hanya itu, ada hal lain yang lebih besar dari sekedar kenyamanan kehidupan dunia dan tentramnya hati, yaitu ridho Allah karena Dia mencintai seauatu yang dilakukan hambanya secara terus menerus meski hanya sekedar berdoa dan berdzikir satu kali putaran tasbihnya. Betapa besar nikmat dicintai Allah melebihi nikmat lainnya.

Maka keinginan diri untuk menolak lalai akan amalan-amalan yang dilakukan secara terus menerus inilah yang harus dilakukan setiap orang, demi dirinya sendiri agar menjadi pribadi kesayangan Rabbnya dan menjadikan rasa tawar akan manis getir hidup dalam hatinya.

Saya mungkin bukan satu-satunya orang yang telah berhasil memporak porandakan tiang istiqomah yang telah saya bangun sendiri bertahun-tahun, namun sebagai saudara bagi muslim lain saya ingin berbagi, mengajak dan mengingatkan "Mari bergandengan tangan saling mengingatkan agar istiqomah, tetap berjalan dalam kebaikan dan menegur dalam kesalahan"


salam persaudaraan


No comments:

Post a Comment