Thursday, January 1, 2015

Just a Simple Wish

Assalamualaikum...
Annyeong...
Post pertama saya di tahun 2015,saya ingin membukanya dengan sebuah pengharapan akan kebaikan karena ini hari yang baik bagi saya.

Awal tahun artinya penambahan "beban dosa"  akibat bertambahnya maksiat yang mungkin saya lakukan. Pengurangan jatah hidup, merasakan nikmat dunia dan mencari perbekalan untuk menuju ke akhirat. Jika boleh saya meminta maka permintaan itu bukan berupa barang, bukan materi, bukan uang, bukan jasa, bukan pula seseorang, hanya sebuah perasaan yang ingin selalu saya rasakan.

Benar bahwa dalam setiap kehidupan rumah tangga semua pasangan ingin diberikan seorang keturunan yang diharapkan menjadi anak soleh solehah aset dunia akhirat bagi orangtuanya, namun saya yakin doa yang selalu terpanjat dan ikhtiar yang telah kami lakukan setiap saat selalu didengarkan dan dilihat olehNya dan Dia hanya akan "berbisik : in time, just wait" , maka saya akan menunggu dengan kesabaran tanpa bertanya kapan.

Dan benar bahwa setiap orang menginginkan hidup di dunia dengan layak, lebih dan mapan. Namun bukankah rezeki itu sudah pada porsinya dan selama ini usaha yang tak henti dilakukan suami dengan dorongan doa istri dan mungkin saya pun akan terjun membantu suatu hari adalah salah satu jalan mengusahakan rezeki itu bisa dijemput. Allah maha adil yang takkan menukar jatah rezeki hambanya. Saya yakin itu. 

Jika disuruh meminta saya hanya ingin satu perasaan : QANAAH. Perasaan merasa cukup akan segala hal didunia ini kecuali iman dan ilmu. Qanaah pada rezeki yang diberikanNya baik itu kenikmatan materi, keluarga, kesehatan, keluangan waktu kesempatan dll. Dalam sebuah kisah dari Hasan Al Bashri diceritakan:

"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain. 2 tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah, Lalu aku tanya kepadanya:”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar”Aku bertanya lagi:”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”Ia pun bercerita:”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit.Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)".

Masyaa Allah betapa dahsyat pengaruh sifat qanaah seorang istri pada perilaku suaminya saat menjemput rezeki, inilah sebenarnya motivasi terbesar saya betapa saya ingin memiliki sifat tersebut. Bukan hanya hal yang sulit dilakukan secara istiqomah, namun juga berat, akan banyak ujian dan sodokan kanan kiri mengenai hal ini, dan karena kesulitan inilah mengapa saya meminta dan ingin dikabulkan. Karena saya takkan mampu tanpa izinNya.

Sebagai seorang istri betapa tabiat saya akan sangat berpengaruh pada suami saya, dalam kehidupan sehari-hari dia, kehidupan diluar maupun keimanan dia. Dengan sifat ini seorang istri akan selalu bersyukur apapun yang diberikan suaminya, jika banyak dia akan bersyukur dan menjaganya dengan baik. Jika sedikit dia akan merasa banyak dan tetap bersyukur. Bahkan jika tak diberi dia akan tetap berbaik sangka mungkin suaminya mengalami masa sulit dalam mencari nafkah.

Qanaah bukan hanya tentang harta, namun juga tentang keimanan. Seperti halnya rezeki, keimanan pun mengalami pasang surut yang bisa terjadi kapan saja. Pengaruh sifat ini akan memicu seseorang untuk tetap menerima apapun kenyataan yang terjadi padanya. Tanpa melupakan kaidah kausalitas (sebab - akibat) tentang konsep kehidupan, dia akan merasa bahwa tak ada hal buruk dalam dirinya, dan ujungnya akan tetap sama yaitu sabar dan syukur. Karena memang karakter seorang muslim hanya ada dua yaitu sabar dan syukur. Kesulitan akan menjadi ujian bagi kesabarannya dan kemudahan akan menjadi ujian bagi syukurnya. Dan jika dia yakin maka keduanya baik baginya.

Wallahu'alam



No comments:

Post a Comment